Senin, 21 Januari 2019

Mengungkap sejarah dan kisah mistis balla tujua ri onto kabupaten bantaeng provinsi sulawesi selatan

Sejarah Balla Tujua Ri Onto Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi selatan Indonesia

Terima kasih telah mengunjungi blog saya...😊

Artikel ini berisi sejarah tentang terbentuknya  balla tujua ri onto yang dipaparkan dalam sebuah kisah, sehingga dapat menambah wawasan lebih banyak lagi, jadi simak baik karna anda tidak akan rugi😁
Selamat membaca...

    Balla Tujua atau tuju buah rumah adat terletak di perkampungan tua Onto di lereng gunung Lompobattang desa Onto kecamatan Bantaeng, kabupaten Bantaeng. Jaraknya sekitar 12 km sebelah utara dari kota Bantaeng. Di dalam kawasan Balla Tujua itu, ada enam rumah menghadap ke utara dan satu rumah berukuran kecil menghadap ke selatan.
Sumber gambar: flickr.com
Salah satu balla tujua ri onto

   Selain itu disana terdapat bangunan tempat upacara untuk kegiatan pelantikan kaum yang disebut tau toa, pesta perkawainan, dan upacara kelahiran bayi. Bagunan itu berupa rumah panggung dan pagar , yakni balla lompoa, balla toddo, dan balla caddia. Bangunan lainnya dikenal dengan naama taka’ bassia terletak di sebelah selatan balla caddia.
     dahulu kala daerah Bantaeng ini masih berupa lautan, hanya beberapa tempat tertentu saja yang berupa daratan yaitu daerah onto dan beberapa daerah di sekitarnya seperti sinoa, bisampole, gantarang keke, mamampang, katapang dan lawi-lawi. Masing - masing daerah ini memiliki pemimpin sendiri di setiap wilayahnya, pemimpin itu disebut dengan “kare”. 
     Suatu ketika para kare yang semuanya berjumlah tujuh orang, mereka saling bermufakat untuk mengangkat satu orang yang akan memimpin mereka dan semua kare pun sepakat. Tetapi sebelum pengangkatan itu para kare sepakat melakukan pertapaan untuk meminta petunjuk kepada dewata (kepercayaan para kare) tentang siapa yang tepat menjadi pemimpin mereka. berdasarkan hasil kesepakatan para kare akhirnya Para kare pun sepakat bahwa lokasi pertapaan yang dipilih adalah daerah onto. Ketujuh kare itu kemudian bersemedi di onto. Tempat-tempat semedi itu disimbolkan dengan balla tujua (tujuh rumah kecil yang beratap bambu dan orang onto menyebutnya dengan cippe,berdinding  bambu dan bertiang bambu ) karena kare berjumlah tujuh orang yang melakukan pertapaan di onto sehingga dibangun tujuh rumah, pada saat mereka bersemedi,turunlah cahaya dihadapan para kare dan terdengar suara “apangaseng antu nuboya nakadinging-dinginganna” (apa yang engkau cari dalam cuaca dingin seperti ini). Lalu kare bisampole (pemimpin daerah Bisampole) menjelaskan maksud kedatangan mereka untuk mencari orang yang tepat memimpin mereka semua agar tidak lagi terpisah-pisah seperti ini. Lalu kembali terdengar suara “ammuko mangemako ribuangayya risalu cinranayya” (besok datanglah kesuatu tempat permandian yang memiliki pagar dari bambu). 
     Keesokan harinya mereka mencari tempat yang dimaksud di daerah onto dan akhirnya mereka pun menemukan tempat yang dimaksud. Para kare pun berdo’a, seusudah berdo’a ketuju kare itu tiba tiba dikagetkan dengan suara gemuruh disertai awan tebal,tak lama kemudian hujan lebat pun tiba. Dalam kondisi suara gemuruh disertai hujan lebat itu,muncullah seorang sosok laki-laki yang diberi nama mula tau atau ada juga yang menyebutnya tumanurung yang artinya ( sosok laki-laki yang datang dari negeri kayangan). Dan akhirnya para kare pun sepakat memilih tumanurung sebagai pemimpin di onto. Sebelum tumanurunga diangkat menjadi pemimpin di onto,sempat terjadi dialog antara tau tujua atau kare tujua  dengan tumanurunga.
 Tau tujua: “kami bertuju datang kemari,sudah sepakat untuk mengangkat sombangku sebagai pemimpin di onto”.
Tumanurunga:” kalau kamu semua sepakat untuk mengangkat saya sebagai pemimpin di onto, apakah rakyat onto mau menerima perintahku?
     Tau tujua: bersedia karaeng,kau ibarat air karaeng kami ibarat batang kayu,kemana air mengalir disitu pula batang akan hanyut. Kau ibarat jarung karaeng,kami ibarat benang,kemanapun jarung merajut,benang akan ikut bersamamu.kau ibarat angin karaeng kami ibarat daun kayu, kemana pun angin berhembus aku akan ikut arah angin.hanya saja,perintah itu kami akan jalankan kalau itu demi kebaikan umat (lambusupi nakontu tojeng).
    Tumanurunga: kalau begitu, saya siap menjadi pemimpin di negeri onto. Setelah selesai berdialog maka diangkatlah tumanurung untuk menjadi pemimpin di onto.
 Dalam sejarah bantaeng,masa pemerintahan tumanurunga terjadi pada tahun 1254-1293 dengan adanya tumanurunga masyarakat onto merasa sangat senang karena sejak kehadiran tumanurunga daerah onto banyak mengalami perubahan. Yaitu sebelum kehadiran tumanurunga sempat terjadi bencana di onto, dimana semua tanaman mengalami kekeringan dan dilanda krisis kelaparan serta pada zaman itu, untuk tanaman padi masyarakat hanya memakan sekam(kulit padi),sedangkan biji padinya dibuang untuk dimakan binatang seperti ayam.kare sebagai pemimpin kaum merasa bertanggung jawab atas kondisi yang dihadapi oleh masyarakat onto. Maka ketuju kare inilah yang sangat berperan untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya kelaparan. Mereka berdo’a sepanjang siang dan malam, hingga akhirnya turunlah seorang dewa dari langit yang disebut tumanurunga. Ternyata kedatangan tumanurung dianggap berkah bagi masyarakat onto,karena mereka terbebas dari bahaya kelaparan dan sebaliknya masyarakat onto berubah menjadi sebuah daerah yang sangat makmur. Dan juga sosok tumanurung ini bertindak sebagai seorang guru untuk mengajari masyarakat onto bercocok tanam yang baik, cara menumbuk padi, serta yang paling penting adalah merubah kebiasaan masyarakat saat itu yang memakan sekam beralih untuk memakan berasnya. setelah masyarakat onto terbebas dari bahaya kelaparan akhirnya sekarang onto berubah menjadi sebuah daerah yang sangat makmur. Pada masa itu rakyat onto sangat menyanjung pemimpinnya,baik itu tumanurung maupun para kare sebagai pemimpin mereka.
     Dari jasa ketujuh kare itulah,sehingga rakyat onto bersumpah akan mempertahankan dan melestarikan ketujuh rumah kare yang pernah mereka bangun. Bilamana mereka ingkar, maka akan dilanda bencana berupa kebakaran atas sumpah tersebut, maka mulai saat itu masyarakat Onto tetap berupaya melestarikan tujuh buah rumah yang pernah berdiri sejak masa pemerintahan kare di zaman tumanurunga, mereka tidak akan mengurangi atau menambah rumah dalam kawasan adat Onto, 
  Berdasarkan cerita lagenda dari masyarakat Onto bahwa dulu lokasi ketujuh rumah kare itu dianggap sakral, karena lokasi tersebut digunakan untuk berhubungan( bertapa ) dengan penguasa di negeri kayangan. Kesakralan dalam kawasan balla tujua tersebut tidak bisa dicampuri oleh manusia biasa apabila ada yang mencampuri, misalnya membangun rumah disekitarnya maka rumah tersebut akan terbakar karena telah melanggar sumpah  . Itulah kepercayaan mereka sejak dari dulu dan hingga kini masih tetap dipercaya dan inilah alasan dinamakan balla tujua ri Onto.
      Menurut daeng nembo yang merupakan tau toa kawasan onto yang sejak lahir tinggal di onto bahwa sebenarnya balla tujua ri onto pada awalnya terletak di gamacayya kelurahan onto akan tetapi dipindahkan ke onto karena tanah onto adalah tanah yang paling pertama ada di bantaeng tetapi beradasarkan  cerita dari masyarakat setempat yang masih percaya bahwa tanah onto adalah tanah yang pertama ada didunia.
       Salah satu kelebihan yang ada di onto yaitu selalu dilaksanakan upacara adat atau memperingati hari ulang tahun onto. Ketujuh kare bersepakat bahwa upacara tersebut jatuh pada bulan rajab karena ketujuh kare memiliki kepercayaan animisme yang tinggi sehingga dia mendapat firasat bahwa di bulan rajab sangat tepat untuk melaksanakan upacara adat   yang selalu dilaksanakan sampai sekarang karena hal ini merupakan upacara sakral yang terjadi secara turun-temurun apabila tidak melaksanakan upacara tersebut maka masyarakat onto akan mendapat musibah. Pada saat melaksanakan upacara adat maka masyarakat setempat dapat hadir untuk membuat sesajian terutama bagi para tau toa onto yang akan  mendatangi ketujuh rumah tersebut untuk membuat sesajian yang akan dihidangkan pada tempat tertentu seperti bara-bara,balla lompoa,barugayya. Upacara  (dupa-dupa) tersebut  berlangsung pada malam hari sekitar jam 10.00 WITA  malam  sampai jam 05.00 WITA pagi dan orang yang bisa masuk kekawasan upacara (dupa-dupa) hanyalah para tau toa saja yang lebih mengerti tentang upacara tersebut sedangkan masyarakat yang lain hanya bisa menyaksikan. Pada saat upacara berlangsung maka para tau toa harus memakai sarung, tidak boleh mengenakan sendal dan tidak boleh ribut. Dan yang paling penting dalam upacara tersebut adalah harus ada yang namanya pakarena (orang yang menari) yang di iringi dengan gendang supaya upacara yang mereka laksanakan lengkap, karena akan di persembahkan pada kepercayaan para tau toa. Dan ini merupakan tradisi sejak pertama kali perayaan.
    Di onto terdapat tempat yang namanya bara-bara,apabila mengambil tanah pada saat upacara berlangsung maka tanah tersebut dapat mengeras seperti batu dan dapat dijadikan sebagai pusaka untuk melindungi kita dari segala mara bahanya apabila hendak bepergian jauh. Tetapi orang yang bisa  mengambil tanah di bara-bara hanya para tau toa onto. Dan tidak semua  tau toa bisa menjadikan tanah tersebut sebagai pusaka karena tau toa yang bisa menjadikan tanah tersebut sebagai pusaka hanya tau toa tertentu dan orang onto menyebutnya dengan “tau nisare pangamaseang battu ri tumanurunga”. Dan juga terdapat batu yang bersusun tujuh berdasarkan kepercayaan tau toa ri onto bahwa batu tersebut merupakan satu keluarga yang tidak boleh terpisahkan jadi sampai sekarang tau toa ri onto selalu menjaga batu tersebut agar tidak dipindahkan oleh orang lain. Selain itu juga terdapat pohon besar dimana setiap diadakan upacara adat di pohon tersebut dibuatkan ayunan sebagai kebiasaan masyarakat setempat dan di pohon tersebut terdapat tujuh ular sebagai penjaga pohon.
    Cerita ini sudah turun temurun dari nenek moyang orang onto dan hal ini sangat berpengaruh karena orang onto sangat yakin bahwa tidak ada yang boleh menebang pohon di kawasan balla tujua onto apabila ada yang menebang pohon maka akan mendapat bencana. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan islam sangat pesat hingga menyebar keseluruh wilayah Indonesia. Kepercayaan anisme masyarakat onto pun berkurang hingga menyebabkan orang onto pun tidak terlalu peduli lagi pada kepercayaannya. Sehingga keyataannya sekarang orang onto dapat menebang pohon yang ada dikawasan onto, dan rumah yang dulunya tidak boleh di tambah sekarang sudah bisa ditambah hingga saat ini penghuni di onto sudah ramai dan juga terdapat banyak sekali rumah akan tetapi masyarakat onto masih mengetahui ketujuh rumah yang sebenarnya meskipun sudah di renovasi. Dan juga sampai sekarang selalu diadakan upacara adat seperti yang telah dilakukan oleh nenek moyang onto pada zaman dahulu. 
     Akhirnya sang kakek yang bernama daeng pido yang merupakan keturanan dari orang onto yang berdomisili di desa lembang galung kec gantarangkeke telah menceritakan kepada cucunya yang bernama saripah yang sangat penasaran tentang asal usul balla tujua ri onto sekaligus saripah ingin mengetahui informasi sebelum pergi melakukan observasi  ke balla tujua onto minggu depan. Sehingga rasa penasaran saripah mulai memudar dan saripah tidak sabar lagi ingin melihat beberapa tempat yang ada dikawasan onto  yang diceritkan oleh sang  kakek.

jangan lupa mengunjungi blog saya lainnya: pondok tugas dan makalah
lihat juga artikel alasan mempunyai agama

Daftar diri kamu untuk beasiswa data print:
http://beasiswadataprint.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar